Sejumlah seniman menghadiri acara setahun meninggalnya Ki Slamet Gundono yang dikemas dengan Festival Hujan, di Desa Dukuh Salam, Kecamatan Slawi. |
Festival Hujan Dipolitisir
SEJUMLAH seniman dari berbagai kota/kabupaten di pulau Jawa dan luar pulau Jawa memperingati setahun meninggalnya dalang kondang, Ki Slamet Gundono selama sepekan. Kegiatan yang dimulai sejak 5 Januari hingga 11 Januari itu, dilaksanakan di rumah duka Desa Dukuhsalam Kecamatan Slawi. Para seniman yang hadir dan menampilkan berbagai potensinya secara sukarela itu, justru mendapat kabar tidak sedap di lingkungan masyarakat Kabupaten Tegal. Mereka diisukan, kegiatan itu merupakan ajang refleksi kepemimpinan Bupati Tegal selama setahun.
"Itu tidak benar, itu hanya oknum saja yang tidak suka dengan kegiatan kami ini," kata Ketua Penyelenggara, Honggo Cahyo Utomo, saat dikonfirmasi ihwal isu tersebut, Sabtu (10/1) malam.
Honggo tak menampik, pihaknya sempat mendengar isu tersebut. Dia mengaku terkejut karena Festival Hujan yang direncanakan sejak lama itu, justru mendapat gunjingan dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Padahal menurut Honggo, acara tersebut murni kegiatan para seniman yang peduli dengan dalang suket yang meninggal dunia pada awal Januari 2014 silam itu. "Ini pyur kegiatan para seniman. Anggarannya juga swadaya. Pemerintah daerah sama sekali tidak membantu," cetusnya.
Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT) Soleh, yang hadir dalam kegiatan itu juga mengaku hal senada. Menurut dia, acara yang dikemas dengan melibatkan masyarakat Desa Dukuhsalam ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan refleksi kepemimpinan Bupati selama setahun. "Panitia Festival Hujan dengan Panitia Refleksi orangnya beda. Jadi tidak ada hubungannya sama sekali," tegasnya.
Kepala Desa Dukuh Salam, Dedi Hastomo menambahkan, kegiatan Festival Hujan itu memang sudah direncanakan para seniman sudah lama. Bahkan, untuk meramaikan acara itu, pihaknya menggandeng warganya untuk berpartisipasi. Semisal, para seniman yang datang dari luar kota, disarankan untuk menginap di rumah warganya. "Ada beberapa rumah warga yang digunakan untuk menginap para seniman. Dan untuk biaya konsumsi, warga membantu ala kadarnya," terangnya.
Sementara itu, Bupati Tegal Enthus Susmono yang juga hadir dalam penutupan acara Festival Hujan itu menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar. Menurut dia, kegiatan itu murni dari para seniman. "Tolong, kegiatan ini jangan dipolitisir," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga sempat menyantuni anak-anak Ki Slamet Gundono dengan sejumlah uang tunai. Dia mengaku prihatin melihat anak dalang suket itu yang kini menjadi anak yatim.
"Bagi para seniman, jangan sampai melupakan anak-anaknya (Ki Slamet Gundono). Mereka juga butuh masa depan," ujarnya.
Adapun, seniman yang hadir dalam acara Festival Hujan antara lain, Ki Manteb Soedharsono (Solo), Dwi Priyo (Solo), Suiwtri penari topeng Endhel (Tegal), Tambari Gustam (Tegal), Dhe-Dhe Perscussion (Solo), Endah Laras (Solo), Hugo Tillman (Inggris), Megan O Donoghoe Wiliam (USA), Mas Inung (Jakarta), Wisnu HP (Ponorogo), Dwi Windarti (Solo), Joko Alang-alang (Solo), Atmo Tan Sidik (Tegal), Bojong Musik Akustik (Tegal), Teather Kardus (Tegal), Teater A (Tegal), dan beberapa seniman lainnya. (yerry novel)
0 komentar