Jumat, 30 Januari 2015
Poles Batu Mulia
- 10.28
- 0 comments
Poles Batu Mulia
- 10.26
- 0 comments
Rabu, 28 Januari 2015
Demo Maning...Demo Maning...
- 12.23
- 0 comments
Demo Maning...Demo Maning...
- 12.21
- 0 comments
Demo Maning...Demo Maning....
- 12.19
- 0 comments
Demo Maning...Demo Maning...
- 12.17
- 0 comments
Jumat, 23 Januari 2015
Jangan Gunduli Saya...!!!
- 11.01
- 0 comments
Ampun Pak Satpol....
- 10.56
- 0 comments
Belasan PGOT Terjaring Razia
- 10.50
- 0 comments
Add caption |
SLAWI - Belasan pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) terjaring razia gabungan Dinsosnakertrans, Satpol PP, Dinkes dan Humas Kabupaten Tegal, Rabu (21/1). PGOT yang berjumlah 14 orang itu mayoritas berasal dari luar daerah.
Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal, Eko Jati Suntoro disela razia mengatakan, pihaknya sengaja melakukan kegiatan tersebut lantaran banyaknya keluhan dari masyarakat. Sebab, keberadaan PGOT semakin meluas di wilayah Kota Slawi. Selain itu, razia ini juga merupakan upaya Dinsosnakertrans dalam rangka meningkatkan kinerja pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Termasuk mengurangi jumlah PMKS yang semakin meningkat, khususnya psikotik jalanan.
“Kurang lebih ada 14 PGOT yang kita amankan di enam lokasi, yakni di Kecamatan Slawi, Pangkah, Dukuhwaru, Lebaksiu, Balapulang dan Margasari,” kata Eko Jati.
Eko mengungkapkan, para PGOT tersebut rencananya akan dikirim ke Panti Rehabilitasi Sosial Samektokarti, Kabupaten Pemalang. Namun demikian, sebelum dikirim ke Pemalang, para PGOT terlebih dahulu dibersihkan dan diberi pakaian layak pakai. Termasuk rambutnya dicukur gundul supaya bersih dari kotoran.
“Mereka juga dimandikan terlebih dahulu. Kemudian pakaian mereka kami ganti, sehingga setelah sampai di Pemalang bisa langsung dibina,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans, Sutardi SIP menambahkan, dari 14 PGOT yang terjaring merupakan wajah baru. Mereka diketahui tengah menggelandang di pusat keramaian, seperti pasar tradisional dan jalan umum.
“Rata-rata wajah baru semua, dari hasil keterangan sementara mereka berasal dari luar daerah. Seperti Indramayu, Surabaya, Purwokerto, Magetan dan Madiun,” tutupnya. (yer)
Praja Tagih Janji Jokowi
- 10.30
- 0 comments
Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam FKKDP Kabupaten Tegal sepakat bakal menggeruduk ke Istana Negara Jakarta untuk menanyakan ihwal anggaran dana desa, Kamis, 22 Januari 2015. (yerry novel) |
Ihwal Dana Desa
SLAWI - Forum Komunikasi Kepala Desa Praja (FKKDP) Kabupaten Tegal menagih janji Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ihwal program dana desa. Program yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat desa itu, dinilai tidak sesuai dengan janji Presiden Jokowi.
"Dulu janjinya setiap desa dapat Rp 1,4 miliar, tapi sekarang malah berkurang menjadi Rp 136 juta tiap desa," tutur Ketua FKKDP Kabupaten Tegal, Untung Basuki, seusai mengikuti rapat koordinasi (rakor) rancangan peraturan Bupati Tetang Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) tahun 2015, di Gedung Amangkurat Pemkab Tegal, Kamis (22/1).
Kepala Desa Semboja Kecamatan Pagerbarang ini membeberkan, jumlah dana desa tahun 2015 dari Pemerintah Pusat untuk wilayah Kabupaten Tegal hanya Rp 38,3 miliar. Jumlah itu jika dibagi 281 desa di wilayah tersebut, maka setiap desa hanya menerima sekitar Rp 136 juta. "Seharusnya Rp 393 miliar, tapi sekarang malah turun menjadi Rp 38,3 miliar. Bagaimana ini," keluhnya.
Menyikapi hal tersebut, Untung mengaku bakal melayangkan surat ke Presiden ke tujuh itu. Dia akan menanyakan langsung kenapa perolehan anggaran dana desa di wilayah Kabupaten Tegal menurun drastis. Menurut Untung, jika dana itu diprosentasekan, maka tiap desa hanya menerima 10 persen dari anggaran dana desa yang dijanjikan Jokowi.
"Kalau surat kami tidak ada jawaban, terpaksa kami akan demo di Jakarta (Istana)," cetusnya.
Ancaman demo itu, juga disetujui sejumlah kepala desa lainnya. Salah satunya, Kepala Desa Tanjungharja, Kecamatan Kramat, Sadudin. Menurut dia, apabila anggaran dana desa itu tidak ada penambahan, maka pihaknya akan menggeruduk ke Istana Negara. Dirinya tak menampik, rencana itu juga akan dikoordinasikan dengan kepala desa dari daerah tetangga.
"Nanti kita akan koordinasi dengan wilayah Brebes dan Pemalang," tandasnya. (yer)
Selasa, 20 Januari 2015
Guru SD Tewas Ditabrak Kereta Api
- 12.13
- 0 comments
Sejumlah kerabat korban termasuk kepala SD di wilayah didik Kecamatan Kramat mendatangi kamar jenazah RS Mitra Siaga Kramat untuk memberika bela sungkawa terhadap keluarga korban. |
KRAMAT - Seorang guru SD Padaharja 2 Kecamatan Kramat tewas mengenaskan setelah sebelumnya ditabrak kereta api, Senin (19/1). Kecelakaan tragis itu terjadi di lintasan tanpa palang pintu di sebelah barat Stasiun Larangan, Desa Padaharja, Kecamatan Kramat. Korban bernama Tulus, 52, warga Jalan Panggung Baru 3/20 RT 08 RW 06, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
Menurut saksi mata di tempat kejadian perkara (TKP), korban yang mengendarai sepeda motor Honda Revo dengan nopol G 2832 VE itu datang dari arah utara menuju ke selatan. Saat hendak melintas di rel kereta api tanpa palang pintu itu, korban sempat berhenti karena ada kereta api yang melintas dari arah timur. Setelah kereta api itu lewat, korban bergegas menyebrang ke selatan. Tapi naas, ternyata pada saat bersamaan tiba-tiba ada kereta api dari arah barat menuju ke timur. Korban tidak bisa menghindar karena ban motor bagian depan sudah masuk ke rel kereta api tersebut. Sontak, kendaraan korban ditabrak kereta api dan terseret sejauh sekitar 100 meter. Alhasil, tubuh korban mengalami luka parah.
"Padahal kami sudah teriak kalau dari arah barat ada kereta api, tapi sepertinya (korban) gak denger," tutur Lulu, 30, warga Desa Padaharja, saat ditemui di lokasi kejadian.
Melihat kejadian itu, sejumlah warga di sekitar TKP bergegas mendatangi korban yang sudah terkapar di tepi rel kereta api. Salah satu warga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kramat. Selang beberapa menit kemudian, sejumlah anggota Polsek Kramat datang ke lokasi dan membawa jenazah korban ke RS Mitra Siaga Kramat.
Menurut Humas RS Mitra Siaga Kramat, Nurcahyo, kondisi tubuh korban masih utuh. Hanya saja, kepala korban retak dan kaki kanan patah serta tangan kanan juga patah. Korban dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 07.45. "Tubuhnya tidak hancur," ucapnya.
Kapolres Tegal AKBP Tomy Wibisono melalui Kasat Lantas AKP I Komang Yuandi Sastra, didampingi Kanit Laka Iptu Rochim, mengungkapkan, korban ditabrak KA Kamandaka 194 dengan nomor loko CC-2018331 jurusan Purwokerto-Semarang pada pukul 07.00. Kereta melaju dari arah barat menuju ke timur saat korban hendak menyebrang di perlintasan KA tanpa palang pintu KM 142+900. "Korban meninggal dunia di lokasi," tegasnya. (yerry novel)
Dai Cilik Motivasi 1000 Siswa SMK
- 12.05
- 0 comments
Aulia memberikan motivasi kepada 1000 siswa SMK NU 1 Slawi dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW (yerry novel) |
SLAWI - SMK Nahdlatul Ulama (NU) 1 Slawi memperingati Maulid Nabi Muhamad SAW, Senin (19/1). Kegiatan rutin tahunan yang digelar di Gedung NU Slawi itu, diikuti sekitar 1000 siswa SMK. Selain siswa, para pendidik di sekolah kejuruan tersebut juga mengikutinya. Dalam kesempatan itu, panitia penyelenggara menghadirkan Dai Cilik jebolan dari ajang pencari bakat di salah satu TV swasta di Indonesia. Adalah, Aulia yang masih berusia 10 tahun. Siswi kelas 4 SD ini, datang ke peringatan itu bersama dengan ibu tercintanya. Saat berceramah, Aulia yang saat itu mengenakan busana muslim warna merah memberikan motivasi kepada 1000 siswa sekolah tersebut. Motivasi yang diberikan itu, tak jarang diucapkan dengan Bahasa Inggris. Hal itu membuat pelajar SMK tersebut berdecak kagum.
"Kita harus bangga atas kehadiran rosul di dunia ini, sehingga kita perlu memperingati hari kelahirannya untuk menambah rasa cinta kita kepada Nabi Muhamad SAW," kata Aulia yang saat ini tinggal bersama orangtuanya di Desa Bandasari, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal.
Aulia yang berwajah manis ini mengisahkan tentang sejarah Nabi Muhamad yang dilahirkan pada 12 Rabiul Awwal dalam penanggalan Islam (Hijriah) atau tepatnya pada 20 April 671 Masehi. Nabi Muhammad dilahirkan oleh seorang wanita bernama Siti Aminah dan seorang ayah bernama Abdullah. "Kita harus bisa meneladani akhlak rasulullah," kata Aulia yang akrab disapa Aulia Laka-laka ketika menjadi peserta dalam acara pencari bakat Dai Cilik di televisi swasta itu.
Peringatan Maulid Nabi ini, tidak hanya menghadirkan Dai Cilik Aulia. Panitia juga menghadirkan penceramah terkenal dari wilayah Kecamatan Tarub yakni Kyai Sukartono. "Kita menghadirkan dua penceramah sekaligus," kata Kepala SMK NU 1 Slawi, Ali Saefudin, di sela acara.
Menurut Ali, peringatan yang mengusung tema "Meneladankan Kehidupan Nabi Muhamad SAW" itu, merupakan bukti untuk mempraktekan ajaran Nahdlatul Ulama sebagai rasa cinta kepada rasulullah. Sehingga, siswa dapat mengimplementasikan keteladanan Nabinya dalam kehidupan sehari-hari.
"Harapan kami, kegiatan ini dapat bermanfaat untuk siswa-siswi kami," pintanya. (yerry novel)
Senin, 19 Januari 2015
Nelayan Tuntut Menteri Susi Mundur
- 13.50
- 0 comments
Nelayan Tuntut Menteri Susi Mundur
- 13.49
- 0 comments
Nelayan Tuntut Menteri Susi Mundur
- 13.46
- 2 comments
Sabtu, 17 Januari 2015
Penjemuran Ikan Asin
- 22.02
- 0 comments
Penjemuran Ikan Asin
- 22.00
- 0 comments
Pengamanan Toko Emas
- 21.57
- 0 comments
Monolog Tiga Generasi
- 13.36
- 0 comments
TIGA
monologer beda generasi tampil dalam rangkaian kegiatan gelar Pameran
Seni Rupa Geliat Pesisir yang dihelat Komite Seni Rupa Dewan Kesenian
Kota Tegal (DKT). Kegiatan dimaksud dilangsungkan di halaman gedung DPRD
Kota Tegal, 13 Desember 2014. Dengan dekorasi dan lighting minimalis
tiga monologer yakni, Ida Fitri, Abidin Abror dan Eko Tunas, tampil
memukau dan mampu menghipnotis seluruh pengunjung yang hadir malam itu.
Monologer termuda Ida Fitri membawakan lakon "Inggit". Sedangkan
monologer Abidin Abror memainkan cerita bertajuk "Perangkap Tikus".
Adapun Eko Tunas membawakan cerita berjudul "Sang Pemburu". (Adi
Mulyadi)
Ida Fitri
Eko Tunas
Abidin Abror
Warga Desak Pemekaran Desa Karangdawa
- 12.27
- 0 comments
Warga Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari, mendatangi Komisi 1 DPRD Kabupaten Tegal untuk mengusulkan pemekaran desa setempat. |
Sejumlah warga Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari ramai-ramai mendatangi Komisi 1 DPRD Kabupaten Tegal. Mereka mendesak untuk adanya pemekaran di Desa Karangdawa yang berpenduduk sekitar 16 ribu jiwa.
"Sesuai aturan, tahapan pemekaran sudah kami lalui," kata Sekretaris Panitia Pemekaran Desa Karangdawa, Agus Santoso, saat mendatangi Komisi 1, Senin (12/1).
Tahapan pertama, Agus menyebutkan, dengan melakukan musyawarah desa (musdes) yang melibatkan lembaga desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemerintah desa, dan tokoh masyarakat. Semula, musdes itu dilaksanakan pada 2013 silam. Namun, usulan pemekaran itu ditolak pemerintah daerah karena ada surat edaran dari Menteri Dalam Negeri mengingat pada tahun itu pemerintah akan melaksanakan Pilkada, Pileg, dan Pilpres.
"Tahapan pertama, kami mengacu pada UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang pembentukan perdesaan," ujarnya.
Untuk syarat lainnya, lanjut Agus, di wilayah Desa Karangdawa memiliki fasilitas umum yang memadahi. Selain berpenduduk sebanyak 16 ribu jiwa, desanya juga memiliki tanah bengkok seluas 16 hektar, 8 masjid, 4 sekolahan, 1 puskesmas, 1 klinik umum, 4 orang bidan, 2 lapangan sepakbola dan 5 pedukuhan. Pedukuhan itu meliputi Pedukuhan Limbangan, Apu, Kedawung, Karangasem, dan Sawo. Rencananya, 5 pedukuhan itu akan dibagi dua. Untuk desa pertama (Desa Karangdawa) meliputi Pedukuhan Limbangan, Kedawung, dan Apu. Sedangkan desa yang baru meliputi Pedukuhan Karangasem, dan Sawo.
"Masyarakat di 5 pedukuhan itu, sudah setuju semua," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Tegal, Munif, mengaku sangat setuju dengan pemekaran desa tersebut. Namun demikian, pihaknya meminta tahapan dan syarat pemekaran desa supaya dipenuhi. Saat ini, syarat yang sudah dipenuhi selain fasilitas umum adalah musdes yang mengacu pada UU Nomor 6 tahun 2014. "Sebenarnya ada 10 tahapan yang harus dipenuhi," terangnya.
Munif mengemukakan, syarat pemekaran desa yakni pihak desa harus mengusulkan surat permohonan pembentukan desa baru ke Pemkab. Kemudian dari Pemkab membentuk tim dengan melibatkan Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bapermades, Bappeda, Camat dan Akamedisi. Tim lalu memverifikasi usulan tersebut dengan mendatangi desa yang dimaksud. Apabila hasil evaluasi itu disepakati, maka Bupati menetapkan Peraturan Bupati (Perbup) tentang desa persiapan.
"Setelah itu, diusulkan ke Gubernur dengan mendasari Perbup. Kemudian Gubernur menerbitkan kode register desa persiapan," paparnya.
Sebelum desa itu dibentuk, sambung Munif, Bupati harus mengangkat pejabat perangkat desa untuk desa persiapan. Kemudian pemerintah daerah menyusun rancangan Perda tentang desa persiapan tersebut menjadi desa seutuhnya. Menurut Munif, perjalanan proses pemekaran itu, membutuhkan waktu cukup lama.
"Kalau melihat prosesnya, mungkin sekitar 4 tahun. Sebab, desa persiapan maksimal 3 tahun," pungkasnya. (yerry novel)
Sebanyak 29 Raperda Ditetapkan
- 12.17
- 0 comments
Sedikitnya 29 Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) ditetapkan DPRD dalam Rapat Paripurna di Gedung DPRD setempat, Senin (12/1). Raperda itu, nantinya akan dibahas dalam masa persidangan tahun 2015.
Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Kabupaten Tegal, Akhmad Sayuti, mengatakan, dari jumlah tersebut, sebanyak 23 Raperda merupakan usulan eksekutif, dan 6 Raperda usulan dari legislatif. Menurut dia, pembahasan pembentukan Raperda dilakukan melalui rapat pada 19 Desember 2014 dan 7 Januari 2014.
"Rapat kami lakukan dengan pimpinan DPRD, pimpinan Komisi dan Bagian Hukum Setda Kabupaten Tegal," kata Ahmad Sayuti, saat ditemui usai Rapat Paripurna.
Hasil pembahasan tersebut, lanjut Sayuti, ada 23 Raperda yang diusulkan Pemkab Tegal, diantaranya Raperda Desa, Raperda Perubahan Atas Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, Raperda Pengelolaan Barang Milik Daerah, Raperda Perubahan Atas Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Pasar Modern, dan Raperda Perubahan Atas Perda Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengendalian Menara Telekomunikasi.
“DPRD juga mengusulkan 6 Raperda atau Raperda Inisiatif,” sambungnya.
Dia menjelaskan, 6 Raperda itu yakni Raperda Kompetensi Jabatan, Raperda Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, Raperda Perlindungan Hewan Pemangsa Hama Pertanian, Raperda Pengelolaan Sampah, Raperda Pendidikan Agama dan Raperda Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
“Untuk menghasilkan perda yang baik dan efektif, Program Pembentukan Peraturan Daerah dilakukan dengan penelitian yang komprehensif dan mendalam,” ujar Sayuti.
Selain itu, tambah dia, membuka kesempatan publik untuk berpartisipasi secara intens dalam proses pembentukan perda. Masukan dari masyarakat dinilai sangat penting agar aspirasi bisa tertampung dalam raperda tersebut. Hal itu dikarenakan ada beberapa raperda yang berkaitan langsung dengan masyarakat.
“Kami berharap dukungan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembahasan raperda ini,” pungkasnya. (yerry novel)
Peringatan Setahun Meninggalnya Ki Slamet Gundono
- 12.05
- 0 comments
Sejumlah seniman menghadiri acara setahun meninggalnya Ki Slamet Gundono yang dikemas dengan Festival Hujan, di Desa Dukuh Salam, Kecamatan Slawi. |
Festival Hujan Dipolitisir
SEJUMLAH seniman dari berbagai kota/kabupaten di pulau Jawa dan luar pulau Jawa memperingati setahun meninggalnya dalang kondang, Ki Slamet Gundono selama sepekan. Kegiatan yang dimulai sejak 5 Januari hingga 11 Januari itu, dilaksanakan di rumah duka Desa Dukuhsalam Kecamatan Slawi. Para seniman yang hadir dan menampilkan berbagai potensinya secara sukarela itu, justru mendapat kabar tidak sedap di lingkungan masyarakat Kabupaten Tegal. Mereka diisukan, kegiatan itu merupakan ajang refleksi kepemimpinan Bupati Tegal selama setahun.
"Itu tidak benar, itu hanya oknum saja yang tidak suka dengan kegiatan kami ini," kata Ketua Penyelenggara, Honggo Cahyo Utomo, saat dikonfirmasi ihwal isu tersebut, Sabtu (10/1) malam.
Honggo tak menampik, pihaknya sempat mendengar isu tersebut. Dia mengaku terkejut karena Festival Hujan yang direncanakan sejak lama itu, justru mendapat gunjingan dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Padahal menurut Honggo, acara tersebut murni kegiatan para seniman yang peduli dengan dalang suket yang meninggal dunia pada awal Januari 2014 silam itu. "Ini pyur kegiatan para seniman. Anggarannya juga swadaya. Pemerintah daerah sama sekali tidak membantu," cetusnya.
Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT) Soleh, yang hadir dalam kegiatan itu juga mengaku hal senada. Menurut dia, acara yang dikemas dengan melibatkan masyarakat Desa Dukuhsalam ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan refleksi kepemimpinan Bupati selama setahun. "Panitia Festival Hujan dengan Panitia Refleksi orangnya beda. Jadi tidak ada hubungannya sama sekali," tegasnya.
Kepala Desa Dukuh Salam, Dedi Hastomo menambahkan, kegiatan Festival Hujan itu memang sudah direncanakan para seniman sudah lama. Bahkan, untuk meramaikan acara itu, pihaknya menggandeng warganya untuk berpartisipasi. Semisal, para seniman yang datang dari luar kota, disarankan untuk menginap di rumah warganya. "Ada beberapa rumah warga yang digunakan untuk menginap para seniman. Dan untuk biaya konsumsi, warga membantu ala kadarnya," terangnya.
Sementara itu, Bupati Tegal Enthus Susmono yang juga hadir dalam penutupan acara Festival Hujan itu menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar. Menurut dia, kegiatan itu murni dari para seniman. "Tolong, kegiatan ini jangan dipolitisir," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga sempat menyantuni anak-anak Ki Slamet Gundono dengan sejumlah uang tunai. Dia mengaku prihatin melihat anak dalang suket itu yang kini menjadi anak yatim.
"Bagi para seniman, jangan sampai melupakan anak-anaknya (Ki Slamet Gundono). Mereka juga butuh masa depan," ujarnya.
Adapun, seniman yang hadir dalam acara Festival Hujan antara lain, Ki Manteb Soedharsono (Solo), Dwi Priyo (Solo), Suiwtri penari topeng Endhel (Tegal), Tambari Gustam (Tegal), Dhe-Dhe Perscussion (Solo), Endah Laras (Solo), Hugo Tillman (Inggris), Megan O Donoghoe Wiliam (USA), Mas Inung (Jakarta), Wisnu HP (Ponorogo), Dwi Windarti (Solo), Joko Alang-alang (Solo), Atmo Tan Sidik (Tegal), Bojong Musik Akustik (Tegal), Teather Kardus (Tegal), Teater A (Tegal), dan beberapa seniman lainnya. (yerry novel)
Minggu, 11 Januari 2015
Duka Keluarga Korban Kapal Oryong 501
- 11.44
- 1
Bupati Tegal Enthus Susmono mencium anak Warno (korban meninggal) sementara Titin (istri Warno) tak kuasa menahan tangis tangisnya, sesaat sebelum jenazah Warno tiba dirumah duka. |
Jenazah Warno tiba di Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. |
Istri dan keluarga Warno menangis histeris ketika melihat jenazah Warno tiba. |
Warga membawa foto dan menggotong peti jenazah Warno menuju ke rumah duka. |
Bupati Tegal Enthus Susmono penuh keharuan menyambut kedatangan jenazah Warno. |
Warga dan sanak keluarga membantu menenangkan Titin, istri Warno yang menangis histeris dan akhirnya pingsan lantaran tidak kuasa menahan kesedihannya. |
Selasa, 06 Januari 2015
Jalur Pantura Kota Tegal Dipasangi Rambu Asmaul Husna
- 23.10
- 0 comments
Minggu, 04 Januari 2015
Dinilai Ilegal, Basecamp PT BRD Disegel
- 15.41
- 1
Dinilai Ilegal, Basecamp PT BRD Disegel
- 15.39
- 0 comments
Sabtu, 03 Januari 2015
Anang Hermansyah Gigit Jari
- 20.39
- 0 comments
Inilah Kemeriahan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kota Tegal 2015
- 20.26
- 0 comments
SEKELUMIT SEJARAH PAWAI ROLASA
Menurut Pembina Yayasan Syiarul Islam Panggung, Kota Tegal Kol (Pur) H Nur Kaukab bin KH Muchlas, dulu Pawai Rolasan dikenal dengan sebutan Pawai Oncor. "Karena semua peserta membawa oncor atau obor dari bambu," katanya.
Ada makna dibalik itu semua. Nyala api oncor melambangkan semangat perjuangan para syuhada kemerdekaan bangsa. Dimana hanya dengan semangat jihad dan bersenjatakan bambu runcing dapat mengusir penjajah dari bumi tercinta Indonesia.
Sedangkan derap langkah yang sama dengan oncor di tiap barisan, mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan untuk bersama bersyukur. Dengan cara memantapkan tekad mempertahankan semangat perjuangan syuhada anak bangsa.
Disebutkan, inisiator penyelenggaraan kegiatan tersebut, adalah almarhum KH Muchlas (1886-1964). KH Muchlas dikenal masyarakat Tegal sebagai ulama besar sekaligus pejuang. Dia yang menciptakan pondok tidak hanya sebagai tempat menggali ilmu agama, tapi juga penggemblengan semangat berjuang melawan penjajah.
Santriwan dan santriwati yang belajar di pondok tidak hanya datang dari daerah Tegal dan sekitar saja. Tetapi juga dari luar daerah. Banyak santri yang datang untuk menggali ilmu kanuragan sebagai bekal memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Gemblengan ilmu lewat madrasah dan zikir di Masjid Panggung, serta olah kanuragan di lapangan kuburan Panggung dan Alun-alun Kota Tegal. "Salah satu komandannya adalah H Abdul Jalil."
Sesudah menyelesaikan pendidikan, para santri dilepas melalui pemantapan semangat berjuang dengan pemberian doa. Tidak hanya itu santri juga diberi segenggam nasi putih sebagai modal awal melaksanakan tugas perjuangan. Doa Bismillah bi’aunillah dan seterusnya yang disampaikan oleh Kiai Muchlas sebagai doa perpisahan selalu dijawab oleh para santri dengan pekik Allahu akbar la haula wa laa quwwata illa billah.
Aktivitas itu saat Clash Belanda II dipantau dan dilaporkan oleh para intel penjajah. Informasi tempat dan posisi Pesantren Panggung diberitahukan oleh mereka. Sehingga dengan tepat Belanda bisa membombardir pondok lewat kapal perang yang merapat di Pelabuhan Tegal.
"Untung hanya terjadi kerusakan kecil di pondok. Upaya Belanda lewat pemboman tidak menurunkan semangat juang para santri, bahkan semakin banyak pejuang yang datang untuk menimba ilmu," sambungnya.
Belanda pun berusaha membunuh para ulama di Tegal, utamanya KH Muchlas beserta keluarga. Tapi itu tidak kesampaian, karena KH Muchlas dan keluarga sudah meninggalkan Kota Tegal menuju Kediri.
Berkat informasi dari seorang santri, KH Muchlas mampu menghindar dari kejaran Belanda dan menyelesaikan perjalanan kepindahannya. "Beliau pergi dengan berjalan kaki, naik kereta api dan kendaraan," beber Kaukab.
Sampai Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH Muchlas disambut adik iparnya, KH Machrus Aly, yang juga pendiri dan pengasuh Ponpes Lirboyo. Di Kediri, KH Muchlas terus melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Setelah kembali ke Tegal, KH Muchlas melanjutkan pembinaan Ponpes Panggung dan mendirikan Yayasan Syiarul Islam. Sebagai rasa syukur atas kemerdekaan RI dari hasil perjuangan para santri yang tak ubahnya saat Nabi Muhammad SAW berjuang mensyiarkan Islam.
Maka, bertepatan dengan memperingati kelahiran Nabi pada setiap bulan Maulid diadakan Pawai Oncor. "Tradisi ini disamping bertujuan mengingat perjuangan Nabi sekaligus membina semangat juang generasi muda. Motivasi awalnya adalah untuk mengingat perjuangan Nabi, menyukuri kemerdekaan, serta menjaga persatuan bangsa dan ukhuwah Islamiyah," pungkasnya. (adi mulyadi)
Langganan:
Postingan (Atom)